Kamis, 10 November 2011

iklan0
Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

iklan1
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES .........
Program Studi DIII Kebidanan ......... .........
Mini Riset, Agustus 2008
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi
xiii + 51 halaman + 7 tabel + 2 gambar +10 lampiran

ABSTRAK
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat bes di BPS Alamanda ......... .......... Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan crossectional
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah ibu hamil di Desa ......... dengan jumlah 30 orang. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau.
Hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia sebesar 16 orang (53,3%), tingkat pengetahuan sedang sebesar 10 orang (33,3%) dan tingkat pengetahuan rendah sebesar 4 orang (13,3%). Responden yang patuh meminum tablet zat besi ada 21 orang (70,0%) dan tidak patuh meminum tablet zat besi ada 9 orang (30,0%). Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi (p value = 0,014  0,05).
Disarankan kepada ibu hamil hendaknya memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak mengkonsumsi kopi dan teh setelah dan atau bersamaan dengan minum tablet zat besi karena akan menghambat zat besi dalam tubuh.
Kata kunci : pengetahuan, kepatuhan meminum tablet zat besi
Daftar pustaka : 19 referensi (1998 – 2008)


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.150

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa
iklan2

iklan0
Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Bidan Dengan Pencapaian Cakupan K1 Dan K4 Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Register Kohort

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007 : 1)
Upaya pemerintah yang nyata guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya difokuskan pada program kesehatan ibu dan anak di setiap layanan kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKB, dan AKI. Berdasarkan data BPS tahun 2007, AKB di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut data SDKI 2007 AKI di Indonesia menunjukkan angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Di Propinsi Jawa Barat tahun 2007 AKI maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Prop. Jabar, 2008). sedangkan AKI maternal pada tahun 2008 di Kabupaten ........... sebesar 131 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 106 per 1000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu maternal salah satunya dipengaruhi oleh faktor predisposisi perilaku kesehatan. Perilaku ibu hamil untuk meningkatkan kesehatan diantaranya dengan melakukan kunjungan kehamilan pada cakupan K1 dan K4. Sebagaimana menurut Yulifah R, dan Yuswanto TJA (2006) dengan system pencatatan dan pelaporan register kohort pada kunjungan K1 dan K4 maka diketahui cakupan pencapaian kunjungannya secara tempattif. Hal ini dilakukan sebagai deteksi dini ibu hamil beresiko di fasilitas pelayanan KIA untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna.
Cakupan K1 di Indonesia tahun 2007 sebesar 83% di bawah target 100%, dan cakupan K4 sebesar 65,90%di bawah target 95%. Adapun di Propinsi Jawa Barat tahun 2007 cakupan K1 sebesar di bawah target 100%, dan cakupan K4 sebesar 77,34% di bawah target 95%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008)
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur. Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul bersamaan dengan terjadinya kehamilan (misalnya, hipertensi dalam kehamilan) atau baru akan menampakkan gejala pada usia kehamilan tertentu (misalnya, perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa). Selain itu, upaya memberdayakan ibu hamil dan keluarganya tentang proses kehamilan dan masalahnya melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan efektif apabila tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yang diperlukan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya. (Syafrudin dan Hamidah, 2004)
Adapun cakupan kunjungan ibu hamil dari data hasil pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten ........... tahun 2008 yaitu :
Tabel 1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kabupaten ........... Tahun 2008
No Puskesmas Jml Ibu Hamil K1 % K4 %
1 Lemahsugih 1079 1041 96.48 945 87.58
2 Bantarujeg 694 604 87.03 580 83.57
3 Cikijing 1123 1065 94.84 1019 90.74
4 Cingambul 663 753 113.57 671 101.21
5 Talaga 799 572 71.59 509 63.70
6 ........... 449 371 82.63 204 45.43
7 Argapura 642 453 70.56 391 60.90
8 Maja 907 979 107.94 894 98.57
9 ........... 622 623 100.16 504 81.03
10 Munjul 643 562 87.40 357 55.52
11 Cigasong 601 488 81.20 467 77.70
12 Sukahaji 529 579 109.45 503 95.09
13 Salagedang 487 419 86.04 278 57.08
14 Rajagaluh 807 812 100.62 717 88.85
15 Sindangwangi 575 405 70.43 330 57.39
16 Leuwimunding 1183 1121 94.76 980 82.84
17 Waringin 910 960 105.49 781 85.82
18 Jatiwangi 861 794 92.22 745 86.53
19 Loji 714 518 72.55 452 63.31
20 Kasokandel 886 997 112.53 851 96.05
21 Panyingkiran 553 565 102.17 439 79.39
22 Kadipaten 834 735 88.13 631 75.66
23 Kertajati 452 325 71.90 257 56.86
24 Sukamulya 361 304 84.21 230 63.71
25 Jatitujuh 599 360 60.10 379 63.27
26 Panongan 396 306 77.27 255 64.39
27 Ligung 1171 860 73.44 733 62.60
28 Sumberjaya 1109 957 86.29 723 65.19
29 Malausma 915 612 66.89 652 71.26
30 Balida 839 445 53.04 371 44.22
22403 19585 87.42 16848 75.20
(Sumber Seksi KIA dan Usila Dinkes Kab. ..........., 2009)
Data tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten ........... tahun 2008 pada cakupan K1 sebesar 87,42% dan K4 sebesar 75.20, sedangkan di tempat penelitian yaitu Puskesmas ........... cakupan K1 sebesar 82,63% belum mencapai target 95% dan pada cakupan K4 sebesar 45,43% merupakan terendah kedua setelah Puskesmas Balida sebesar 44,22%.
Berdasarkan studi pendahuluan di tempat penelitian yaitu Puskesmas ........... yang dilakukan dengan wawancara terhadap beberapa petugas kesehatan diketahui bahwa rendahnya pencapaian cakupan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil, salah satunya dipengaruhi oleh lama kerja bidan. Yaitu banyaknya bidan baru yang belum mengenal lebih jauh wilayah pelosok dan kurang mengembangkan peran dan tugasnya akibat pengetahuan yang terbatas secara teori serta belum mendapatkan cukup pengalaman yang nyata dalam melayani ibu hamil dan bersalin terutama di daerah pedesaan yang masih bersifat tradisional.
Pengetahuan merupakan hal penting bagi bidan dalam mengaplikasikan keilmuannya di lingkungan masyarakat. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Wikipedia, 2009)
Lama kerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Seperti diungkapkan oleh Andi Mappiare bahwa pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh seseorang hanya apabila dijalani proses belajar dan berpengalaman dan diharapkan orang yang bersangkutan memiliki sikap kerja yang bertambah maju kearah positif, memiliki kecakapan (pengetahuan kerja) yang ebrtambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Bidan Dengan Pencapaian Cakupan K1 dan K4 Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Register Kohort Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dirumuskan pernyataan masalahnya yaitu rendahnya cakupan K1 dan K4 di Kabupaten ........... tahun 2008 dengan K1 87,42% dan K4 75.20, sedangkan di Puskesmas ........... cakupan K1 82,63% (di bawah target 100%) dan pada cakupan K4 45,43%(di bawah target target 95%). Rendahnya pencapaian K1 dan K4 tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan lama kerja bidan.
Sehingga pertanyaan penelitiannya adalah ”Bagaimana hubungan pengetahuan dan lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan dan lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan dan lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010.
1.3.2.2 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan antara lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010.

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kualitas bidan menurut pengetahuan dan lama kerja bidan serta pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort. Unit analisis pada penelitian ini yaitu seluruh bidan desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... yang dilakukan pada periode Bulan Februari-Mei 2010

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini menunjang terhadap data-data observasi kesehatan yang riil dalam mendukung perencanaan program kesehatan selanjutnya sesuai dengan hasil pencatatan dan pelaporan register yang akurat.
1.5.2 Bagi Bidan
Diharapkan permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini, sehingga bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan sesuai kondisi, potensi dan pengetahuan yang perlu ditingkatkan. Sehingga hasil pencatatan dan pelaporan register dapat dijadikan data untuk kesinambungan program kesehatan yang konsekwen.
1.5.3 Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, dan wawasan peneliti dalam pencatatan dan pelaporan register kohort serta merupakan suatu syarat dalam menyelesaikan Program Studi D III Kebidanan STIKes ............


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.149

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Bidan Dengan Pencapaian Cakupan K1 Dan K4 Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Register Kohort
iklan2

iklan0
Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas

iklan1
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan survei awal 2 minggu di BPS ...................... terdapat jumlah ibu post partum sebanyak 20 orang, sementara yang melakukan mobilisasi dini hanya 5% saja. Berdasakan hal tersebut maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri.

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri?

1.4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu 6 jam post partum.
2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi penurunan tinggi fundus uteri pada 6 jam post partum.
2. Mengidentifikasi jumlah ibu nifas yang melakukan mobilisasi dini.
3. Mengidentifikasi penurunan tinggi fundus uteri pada ibu yang melakukan mobilisasi dini.

1.5. Manfaat penelitian
1. Bagi program studi kebidanan STIKES ABI
Sebagai masukan data dan memberikan sumbangan pemikiran perkembangan Ilmu Pengetahuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Bagi perawat/ bidan
Dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan mobilisasi dini.
3. Bagi ibu nifas
Di harapkan hasil penelitian ini ibu nifas dapat mengetahui keuntungan mobilitas dini dan melaksanakannya.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.148

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas
iklan2

iklan0
Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pengetahuan Tentang Tetanus Neonatorum Di Desa

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005 : 1)
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan tersebut, dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005 : 1)
Upaya pemerintah yang nyata guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya difokuskan pada program kesehatan ibu dan anak di setiap layanan kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan angka 248 per 100.000 kelahiran hidup. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2008)
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 Angka Kematian Ibu maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008).
Angka Kematian Ibu maternal pada tahun 2008 di Kabupaten ........... sebesar 131 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 106 per 1000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2009)
Tingginya angka kematian di Indonesia salah satunya diakibatkan tetanus neonatorum. Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis ditunjang dengan Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil.
Penyakit Tetanus adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian, tidak ditularkan dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah sejenis kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini terutama spora atau bijinya banyak berada di lingkungan. Basilus Clostridium Tetani, tersebar luas di tanah dalam bentuk spora, binatang seperti kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour atau persinggahan sementara. Kuman tetanus dalam kehidupannya tidak memerlukan/kurang oksigen (anaerob). Tetanus timbul akibat masuknya spora Clostridium Tetani masuk lewat pertahanan alamiah tubuh, seperti kulit, mukosa, sebagian besar lewat luka tusuk, luka bakar kotor, patah tulang terbuka dan tali pusat (Ahmadi. U.F, 2006).
Meskipun Tetanus Neonatorum terbukti sebagai salah satu penyebab kesakitan dan kematian neonatal, sesungguhnya dapat dicegah, pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) serta perawatan tali pusat yang memenuhi syarat kesehatan. Imunisasi TT seharusnya diperoleh wanita usia subur sebanyak 5 kali, kenyataannya masih belum optimal, hal ini dipengaruhi faktor perilaku (Behavior Clauses) manusia dari tingkat kesehatan, ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi orang/masyarakat yang bersangkutan disamping lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas, (sarana-sarana kesehatan) sikap dan perilaku para petugas kesehatan (Notoadmodjo, S. 2003).
Hasil penelitian Kuswandari (2006) diketahui bahwa ada hubungan antara kader dengan pengetahuan tentang tetanus yaitu dengan pengetahuan baik (21,3 %), cukup (21,3 %), dan kurang (57,5 %).
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa ........... wilayah kerja UPTD Puskesmas ..........., pada tahun 2008 tingkat pendidikan penduduk masih rendah, yaitu sebagian besar penduduk berpendidikan rendah < SMP/MTs sederajat sebesar 43%. (Profil Desa ..........., 2009)
Angka tersebut menunjukkan tingkat pendidikan yang rendah di objek penelitian yang dapat mempengaruhi pengetahuan mereka tentang pendidikan kesehatan terutama masalah tetanus neonatorum. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat berhubungan dengan peran kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan di lingkungannya. Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA)
Pada kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu kader berperan penting dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama masalah tetanus neonatorum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya berhubungan dengan karakteristik individu yaitu meliputi karakteristik kader diantaranya umur, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain.
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis dengan menyebarkan kuesioner pengetahuan tentang tetanus neonatorum kepada 10 kader di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... terdapat 30 % kader dengan pengetahuan baik dan sebesar 70 % kader dengan pengetahuan kurang.
Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pengetahuan Tentang Tetanus Neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitiannya yaitu bagaimana hubungan karakteristik kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010?

1.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (terikat). Dengan adanya penelitian maka variabel bebasnya terdiri dari tiga kararakteristik kader yang diteliti yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan, sedangkan variable terkatnya adalah pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum.
Subjek penelitian ini adalah kader, waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2010 yang berlokasi di Desa ........... wilyah kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ............
Penelitian ini menggunakan data primer untuk variabel bebas (umur, pendidikan, dan pekerjaan kader) dalam bentuk pertanyaan kuesioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan cross sectional.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan hubungan karakteristik kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.2 Diketahuinya gambaran umur kader di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.3 Diketahuinya gambaran pendidikan di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.4 Diketahuinya gambaran pekerjaan di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan umur kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan pendidikan kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan pekerjaan kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi untuk tenaga kesehatan yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih optimal.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam penelitian sejenis sehingga diperoleh penelitian yang lebih baik.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan secara nyata dengan observasi ke lokasi penelitian sekaligus guna mengaplikasikan teori-teori kesehatan yang telah dipelajari selama perkuliahan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.147

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pengetahuan Tentang Tetanus Neonatorum Di Desa
iklan2

iklan0
Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keterampilan Pencatatan KMS Balita Di Posyandu

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Depkes RI, 2007).
Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 2008)
Salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat adalah dengan memberdayakan masyarakat. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat atau kader yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah--masalah kesehatan. Kader merupakan orang terdekat yang berada di tengah-tengah masyarakat, yang diharapkan dapat memegang peranan pekerjaan penting, khususnya setiap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan. Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA, 2005)
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas .......... tahun 2009 diketahui jumlah kader aktif sebanyak 143 orang dari total 181 orang terdapat pada 47 posyandu yang tersebar pada 13 desa. Pada kegiatan posyandu, kader berperan mengembangkan wahana peran serta masyarakat juga memberdayakan segala fasilitas kesehatan yang tersedia. Kenyataannya masih banyak fasilitas di objek penelitian baik tingkat primer ataupun tingkat rujukan yang kurang dimanfaatkan oleh kader, seperti memanfaatkan KMS sebagai alat bantu kesehatan secara optimal. KMS tidak akan berhasil tanpa penerimaan dan keterlibatan masyarakat sebagai kader pos pelayanan terpadu yang tidak terlepas dari peran petugas kesehatan.
Keadaan pemanfaatan fasilitas terutama pencatatan KMS (Kartu Menuju Sehat) oleh kader dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu diantaranya pendidikan, umur dan pekerjaan. (Depkes RI, 2001)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Di Wilayah Kerja UPTD (Unit Pelaksana Tingkat Daerah) Puskesmas .......... tahun 2009 yang dilakukan dengan observasi pada pelaksanaan kegiatan posyandu didapatkan keterampilan pencatatan KMS yang sesuai dengan standar pencatatan pelaporan KMS sebesar 30%.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keterampilan Pencatatan KMS Balita Di Posyandu Wilayah Kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... Tahun 2010”.

2.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan pernyataan penelitiannya yaitu pemanfaatan KMS Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas .......... tahun 2009 masih rendah sebesar 30% pencatatan KMS yang sesuai dengan standar pencatatan pelaporan KMS.
Sehingga pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana hubungan karakteristik kader dengan keterampilan pencatatan KMS balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... Tahun 2010?

2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2 Tujuan Khusus
2.2.2.1 Diketahuinya gambaran keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.2 Diketahuinya gambaran karakteristik kader (pendidikan, pekerjaan, umur) di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.3 Diketahuinya hubungan pendidikan kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.4 Diketahuinya hubungan umur kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.5 Diketahuinya hubungan pekerjaan kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.

2.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini meliputi karakteristik kader posyandu dibatasi pada aspek pendidikan, umur, dan pekerjaan ibu sebagai kader posyandu, dan objek pencatatan KMS meliputi keterampilan kader dalam melakukan pencatatan KMS Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten ........... Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei tahun 2010

2.4 Manfaat
2.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah literature kepustakaan STIKes .......... tentang hubungan karakteristik kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita.
2.4.2 Bagi Puskesmas
Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi posyandu-posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... untuk lebih meningkatkan fasilitas kesehatan dan memberdayakan kemampuan kader dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
2.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti, terutama dalam mengaplikasikan teori-teori yang berhubungan dengan ruang lingkup Posyandu terutama mengenai pencatatan dan pelaporan KMS di lokasi penelitian.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.146

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keterampilan Pencatatan KMS Balita Di Posyandu
iklan2

iklan0
Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Rencana Strategi Nasional Indonesia Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Menuju Indonesia Sehat 2010, misi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi dilahirkan hidup dan sehat.” Misi MPS adalah menurunkan kesakitan serta kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin agar kesehatan maternal dan nenonatal dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan nasional.(Prawirohardjo, 2002)
Berdasarkan hasil survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu(AKI) di Indonesia tercatat 248 orang/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah dari Angka Kematian Ibu di tahun sebelumnya yang tercatat mencapai diatas 300 orang/100.000 kelahiran hidup. Angka-angka diatas menunjukan bahwa angka kematian ibu di Indonesia masihlah cukup tinggi walaupun dari tahun ke tahun terdapat penurunan (Untoro, 2008).
Kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai angka 250/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi mencapai angka 40/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007).
Penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia, aborsi yang tidak aman dan sepsis. Penyebab kematian ibu, sesuai dengan hasil penelitian berbagai pihak paling banyak adalah akibat pendarahan dan penyebab tidak lanngsung lainnya adalah terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya dalam resiko yan cukup tinggi, terlambat mendapatkan pelayanan. Penyebab kematian ibu maupun penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan melakukan pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin dengan cara teratur oleh tenaga kesehatan disamping pertolongan persalinan yang benar serta pelayanan masa nifas yang baik (Depkes RI, 2001).
Keterkaitan nasib ibu dan bayi yang menggambarkan suatu kesatuan yang dimulai pada masa kehamilan, persalinan,sampai dengan awal kehidupan pertama bayi yang sangat membutuhkan perhatian yang cukup besar.(Prawirohardjo, 2002).
Umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan umur berisiko untuk hamil dan melahirkan. Bagi ibu yang berumur < 20 tahun dikarenakan organ-organ reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan, hal ini perlu untuk menunda kehamilannya. Sedangkan bagi ibu yang berumur >35 tahun periu untuk mengakhiri kehamilan karena organ-organ reproduksinya sudah berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan dan proses persalinan. (Manuaba, 2001)
Angka kematian ibu di Kabupaten .......... pada tahun 2008 mencapai 20/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi mencapai 85/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011, angka kematian ibu di Kabupaten .......... mencapai angka 24/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi mencapai 165/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Kabupaten .......... pada tahun 2011 adalah 7 orang dengan pendarahan,6 orang dengan eklamsia, dan 7 orang dengan penyebab lainnya. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah 25 orang dikarenakan asfiksia, BBLR 42 orang, Infeksi 1 orang, masalah laktasi 5 orang, dan lain-lain 25 orang(profil Dinkes Kab .......... 2008-2011).
Berdasarkan data rekam medik RSUD .......... tahun 2011, jumlah persalinan terdapat 1729 persalinan. 630 persalinan dengan sepontan, 824 dengan Secio Cesar. 275 dengan cara Vakum. Sedangkan yang disertai perdarahan berdasarkan keseluruhan terdapat 374 orang (21,6%). Angka kematian ibu yang terjadi sepanjang tahun 2011 di RSUD .......... ada 6 orang.
Jumlah persalinan di Rumah Sakit Wijayakusumah Kabupaten .......... tercatat ada 973 persalinan. Yang disertai pendarahan mencapai angka 149 (15,3%) persalinan.
Penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana perdarahan post partum yang dapat mengakibatkan kematian ibu, sehingga dengan demikian penulis mengangkat judul’’Hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011’’.

1.2 Rumusan Masalah
Pada tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten .......... mencapai angka 24/100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 165/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di RSUD .......... tahun 2011, jumlah persalinan terdapat 1729 persalinan. 630 persalinan dengan sepontan, 824 dengan Sectio Cessarea 275 dengan cara Vakum, dan yang disertai perdarahan berdasarkan keseluruhan terdapat 374 orang (21,6%) diantaranya sebanyak 6 orang meninggal akibat perdarahan.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti “Adakah hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD ..........?”

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini di batasi pada permasalahan tentang karakteristik ibu post partum diantaranya umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Untuk kemudian dicari hubungannya dengan kejadian perdarahan postpartum. Penelitian ini dilakukan di RSUD .......... periode bulan Februari – Maret 2010.

1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2 Tujuan khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011 yang meliputi umur, paritas dan pekerjaan ibu.
1.4.2.2 Diketahuinya hubungan umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan paritas ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, terutama untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum. Dan sebagai bahan acuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas terakhir, serta penulis dapat mengaflikasikan ilmu dan keterampilan yang diperoleh semasa perkuliahan kepada masyarakat luas.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk menambah kajian maupun referensi.
1.5.3 Bagi lahan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSUD .......... dalam upaya morbilitas dan mortalitas maternal.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.145

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum
iklan2

iklan0
Hubungan Karakteristik Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Depkes RI, 2007) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. (Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3)
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan Negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setingi-tingginya. Salah satu indicator derajat kesehatan adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi. (Depkes RI, 2007)
Badan Pusat Statistik mengestimasikan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2008)

Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 Angka Kematian Bayi sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup dari 1.000 kelahiran di Jawa Barat (Jabar), sementara itu, di Negara-negara Asia lainnya, dari 1.000 kelahiran yang meningggal di bawah 20 bayi. Ini membuktikan bahwa ngka kematian bayi saat dilahirkan di wilayah Jawa Barat terglong tinggi. (Dinkes Prov. Jabar, 2008)
Di Kabupaten ............ pada tahun 2008 jumlah kematian bayi mencapai 385 dari 18.873 kelahiran hidup Sedangkan di objek penelitian yaitu di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ didapatkan jumlah angka kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 7.6% yaitu sebanyak 6 bayi dari 785 kelahiran hidup (Dinkes ............, 2009). Hal tersebut menunjukan keadaan cakupan angka kematian bayi cukup tinggi. Berdasarkan studi pendahuluan tingginya tingkat kematian bayi tersebut salah satunya di pengaruhi oleh rendahnya status gizi balita.
Di Indonesia pada tahun 2007, dari 4,1 juta balita yang mengalami malnutrisi, sebanyak 3,38 juta mengalami gizi kurang, dan 755.000 dengan risiko gizi buruk. (Depkes RI, 2008). Anak Indonesia berusia 2 tahun berat badanya 2 kilogram lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di Negara lain, demikian pula dengan tinggi badannya lebih pendek 5 cm. Sekitar 40 % dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak akan menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang balita juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. (UNICEF, 2000)
Asupan gizi adalah indicator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberiannutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak di dalam kandungan. Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak. (Latief, 2006).
Hasil penelitian Himawan (2006) di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakteristik ibu dengan status gizi balita. Karakteristik ibu terbanyak pada umur 20-35 tahun (72,2%), pendidikan ibu tergolong rendah < 9 tahun (45,6%), status pekerjaan ibu diluar rumah < 6 jam (76,7%), pengetahuan ibu rata-rata baik (74,4%) dan paritas ibu < 4 anak (82,2%)
Untuk tingkat Jawa Barat, angka balita penderita gizi buruk menunjukkan kenaikan dari 1,08% pada tahun 2006 menjadi 1,17% pada tahun 2007, dan angka penderita gizi kurang pada tahun 2007 mencapai 11,02%, menurun dari tahun 2006 sebesar 11,45%, sedangkan angka gizi baik pada 2007 mencapai 85,92%. (Dinkes Jabar, 2008)
Di Kabupaten ............ berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan ............ pada tahun 2008 sekitar 790 balita terserang gizi buruk. Demikian angka itu sama dengan 0,8% dari 98.752 balita yang tercatat di ............ saat ini. (Dinkes ............, 2009)
Puskesmas ............ tahun 2008 merupakan wilayah terbanyak dengan kasus gizi buruk dibandingkan puskesmas lain di ............. Adapun dari 3118 balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ terdapat kasus balita gizi buruk sebesar 1,4% atau sebanyak 43 bayi dan balita gizi kurang sebesar 10.7% atau sebanyak 335 bayi melebihi target 5% yang menunjukkan pencapaian status gizi masih rendah, terutama jika dibandingkan dengan puskesmas lainnya yaitu UPTD Puskesmas Sumberjaya balita status gizi lebih 14,18%, gizi baik 26%, gizi kurang 59,81%, dan tidak terdapat gizi buruk 0%. (Dinkes Kab. ............, 2009)
Masalah gizi erat kaitannya dengan status ekonomi yang diakibatkan oleh kemiskinan, kebodohan dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. (Depkes RI, 2007).
Maka, masalah gizi diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status ekonomi meliputi pendapatan, dan pekerjaan, dan faktor pengetahuan meliputi tingkat pendidikan, umur, pengalaman dan wawasan tentang kesehatan, serta dipengaruhi oleh faktor internal meliputi sikap dan perilaku individu terhadap tingkat pengkonsumsian asupan makanan bergizi sehari-hari dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil masalah tersebut dalam penelitian yang berudul “Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah
Jumlah kematian bayi di Kabupaten ............ tahun 2008 mencapai 385 dari 18.873 kelahiran hidup, sedangkan di objek penelitian yaitu UPTD Puskesmas ............ didapatkan jumlah angka kematian bayi sebesar 7,6% yaitu sebanyak 6 bayi dari 785 kelahiran hidup.
Kondisi tersebut diakibatkan oleh rendahnya status gizi balita diantaranya sebanyak 790 dari 98.752 balita (0.8%) terserang gizi buruk di Kabupaten ............ dan di UPTD Puskesmas ............ terdapat kasus balita gizi buruk sebesar sebayak 43 dari 3118 baita (1.4%) yang berdampak pada angka kematian balita. (Dinkes Kab. ............, 2009)
Secara umum masalah gizi balita dipengaruhi oleh faktor ekonomi meliputi ; kemiskinan, kebodohan, pengangguran, dan lain-lain. Sedangkan secara internal masalah gizi dipengaruhi oleh karakteristik yang berhubungan dengan individu meliputi faktor pendidikan ibu, umur, pekerjaan dan faktor lainnya. (Supariasa, dkk, 2002)
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik ibu balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010?
2. Bagaimana status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010?
3. Bagaimana hubungan karakteristik ibu balita dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu balita dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu balita (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pendapatan, jarak, dan pengetahuan) di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
b. Diketahuinya gambaran status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
c. Diketahuinya hubungan antara umur dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
d. Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
e. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
f. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
g. Diketahuinya hubungan antara pendapatan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
h. Diketahuinya hubungan antara jarak dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
i. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada aspek karakteristik ibu balita, hal ini menyangkut ; umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pendapatan jarak, dan pengetahuan ibu balita, dan pada aspek status gizi balita yang diobservasi pada objek penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............

E. Manfaat
1. Aspek Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan informasi yang berharga tentang gizi balita yang mendukung terhadap peningkatan proses pelayanan kesehatan ibu dan anak dan diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti di lapangan guna menerapkan teori-teori dan ilmu yang telah dipelajari di institusi pendidikan selama masa perkuliahan.
2. Aspek Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi tempat penelitian yaitu bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan pelayanan kesehatan yang efektif dan partisipasi aktif masyarakat secara khusus ibu balita dalam pelayanan KIA guna meningkatkan satatus gizi balita anak-anak mereka untuk menghindari kasus gizi buruk di lingkungan masyarakat


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.144

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas
iklan2

iklan0
Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di Desa

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat adalah indikator utama dalam pembangunan kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka di selenggararakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan atau pencegahan (Preventif), meningkatkan Promosi Kesehatan (Promotif), Pengobatan (Kuratif), Pemulihan (rehabilitatif).
Derajat kesehatan menurut (Bloom) yang dikutip oleh soekidjo (1981 : 85) di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik atau keturunan. Upaya pencegahan (preventif) merupakan salah satu faktor pelayanan kesehatan yang selama ini dilaksanakan.
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh virus Hepatitis B. Penyakit hepatitis merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Di Kabupaten ........... cakupan imunisasi hepatitis B dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Cakupan Imunisasi Hepatitis B di Kabupaten ........... Tahun 2008.¬
No Puskesmas Sasaran Kumulatif Target
ABS %
1 590 352 59,66 80%
2 422 256 60,66 80%
3 747 638 85,41 80%
4 571 545 95,45 80%
5 999 593 59,36 80%
6 634 226 35,65 80%
7 1567 830 52,97 80%
8 553 246 44,48 80%
9 782 767 98,08 80%
10 756 460 60,85 80%
11 428 325 75,93 80%
12 966 374 38,72 80%
13 1059 957 90,37 80%
14 1074 832 77,47 80%
15 670 428 63,88 80%
16 826 751 90,92 80%
17 573 515 89,88 80%
18 720 493 68,47 80%
19 593 467 78,75 80%
20 377 342 90,72 80%
21 511 485 94,91 80%
22 735 631 85,85 80%
23 454 404 88,99 80%
24 533 316 59,29 80%
25 490 400 81,63 80%
26 350 327 93,43 80%
27 988 503 50,91 80%
28 719 698 97,08 80%
29 817 711 87,03 80%
Kabupaten ........... 20.504 14.872 72,53 80%

Berdasarkan tabel di atas cakupan imunisasi hepatitis B di Kabupaten ........... belum memenuhi target yang diharapkan yakni sebesar 72, 53% dari target 80%. Ketidaktercapaian cakupan imunisasi hepatitis B ditingkat Kabupaten di pengaruhi oleh pencapaian di tingkat Puskesmas, salah satu Puskesmas yang cakupan imunisasi hepatitis B yang rendah adalah UPTD Puskesmas Cingambul yakni sebesar 35,65% dari target 80%. Adapun hasil cakupan imunisasi hepatitis B pada UPTD Puskesmas Cingambul dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2 Cakupan Imunisasi Hepatitis B Menurut Desa di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2008.
No Puskesmas Sasaran Hepatitis B Target
Jumlah %
1 49 27 55.10 80%
2 26 10 38,46 80%
3 37 20 54,05 80%
4 88 27 23,86 80%
5 42 18 42,86 80%
6 89 33 37,08 80%
7 84 46 54,76 80%
8 50 1 2,00 80%
9 40 1 2,50 80%
10 20 12 60,00 80%
11 47 9 19,15 80%
12 23 3 13,04 80%
13 39 25 64,10 80%
Jumlah 634 226 35,65 80%
(Sumber Puskesmas Cingambul tahun 2008)
Ketidaktercapaian cakupan imunisasi hepatitis B di tingkat Puskesmas dipengaruhi oleh pencapaian di tingkat Desa. ........... merupakan desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cingambul yang cakupan imunisasi Hepatitis B paling kecil yakni sebesar 2,00%. Salah satu penyebab tidak tercapainya cakupan imunisasi hepatitis B di ........... wilayah keja UPTD Puskesmas Cingambul adalah pengetahuan ibu balita yang kurang, sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah belum diketahuinya Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu balita dengan pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran karakteristik ibu balita berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.3 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan umur dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.4 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan pendidikan dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.5 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan pekerjaan dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.6 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan paritas dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas Cingambul
Hasil penelitian ini menjadi masukan untuk mengupayakan penyuluhan, perencanaan, strategi dan pelaksanaan imunisasi Hepatitis B agar pencapaian program imunisasi sesuai dengan target yang diharapkan.
1.4.2 Bagi Institusi program kebidanan STIKes ...........
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan biar ditindak lanjuti untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang imunisasi.
1.4.3 Bagi penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah didapat, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian terutama mengenai imunisasi Hepatitis B sebagai salah satu bentuk aplikasi profesi dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melingkup karakteristik ibu balita berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Pengetahuan ibu balita tentang imunisasi hepatitis B dan hubungannya di ........... Kecamatan Cingambul Kabupten ........... tahun 2011


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.143

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di Desa
iklan2

iklan0
Hubungan Antara Status Gizi Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar Siswa

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. (Departemen Kesehatan, 2005)
Masalah kesehatan remaja boleh jadi berawal pada usia yang sangat dini. Gejala infeksi dan malnutrisi ketika kanak-kanak, misalnya akan menjadi beban pada usia remaja. Wanita yang fisiknya tidak pernah tumbuh sempurna berisiko melahirkan bayi berberat badan rendah. Jika janin yang mereka kandung tumbuh normal. Jalan lahir kemudian menjadi masalah karena panggul mereka sempit yang selanjutnya menyebabkna partus macet (Arisman, 2002).
Sekitar 27% remaja lelaki dan 26% wanita di negara berkembang menderita anemia, sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan zat besi (Arisman, 2002)
Masalah gizi utama di Indonesia masih didominasi oleh masalah Gizi Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan masalah kurang vitamin A (KVA), Disamping itu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan. (Supariasa, dkk., 2002)
Anemia berdampak pada penurunan kualitas sumberdaya manusia, karena kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak, kekurangan kadar Hb dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capek, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja disamping itu penderita kurang zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003)
Pada usia anak sekolah dan prasekolah, akibat dari ADB (Anemia Defisiensi Besi) bisa mengganggu proses belajar, penurunan fungsi otot, serta daya tahan tubuh pada anak. Bila daya tahan tubuh menurun maka risiko infeksi pun akan meningkat. Karena faktor utamanya adalah gizi, maka ADB (Anemia Defisiensi Besi) harus segera dtangani dengan pemberian preparat atau suplementasi zat besi. (Swanti E, 2007)
Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Negeri 2 ............. yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap sasaran siswa kelas VIII diketahui bahwa rata-rata siswa kebanyakan pada proses pembelajaran suka mengalami pusing kepala (70%), mengantuk (90%) dan mengalami lesu (40%). Pada konsumsi makanan siswa di sekolah didapatkan hanya beberapa siswa yang melakukan makan siang dengan benar selebihnya memilih jajanan snack ringan disesuaikan dengan uang saku yang diberikan orang tuanya. Sehingga didapatkan beberapa siswa tidak sanggup berpikir dengan benar pada kegiatan pembelajaran, terlebih pada siswa yang malas menyebabkan menurunnya prestasi belajar mereka sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah dalam setiap mata pelajaran.
Kenyataan tersebut menunjukan bahwa aspek gizi dan pemenuhannya merupakan hal penting dalam pertumbuhan anak terutama anak usia sekolah dalam meningkatkan perkembangan intelektual guna meningkatkan prestasi pembelajarannya. Maka pada penelitian ini keadaan status gizi, status anemia, pendapatan orang tua, dan faktor lainnya yang berhubungan dengan masalah gizi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan prestasi belajar anak di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Status Gizi Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitiannya yaitu bagaimana hubungan antara status gizi dan faktor lainnya dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dan faktor lainnya dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran status gizi, status anemia, dan pendapatan orang tua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010.
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan antara status anemia dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010
1.3.2.5 Diketahuinya hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010

1.4 Ruang Lingkup
Permasalahan penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup masalah gizi meliputi faktor status gizi, status anemia dan status ekonomi (pendapatan), untuk kemudian dicari hubungannya dengan prestasi belajar siswa.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi data observasi gizi siswa dan kemudian diharapkan guru dapat menjadikan acuan ini menjadi perencanaan program sekolah tentang kesehatan.
1.5.2 Bagi Siswa
Diharapkan siswa memperhatikan kondisi gizi untuk pertumbuhan perkembangan jasmaniah dan rohaniah. Diantaranya siswa memperhatikan konsumsi makanannya sehari-hari dengan asupan makanan yang bergizi, sehingga kegiatan pembelajaran mendapatkan prestasi yang baik.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan secara nyata dengan observasi ke lokasi penelitian sekaligus guna mengaplikasikan teori-teori kesehatan yang telah dipelajari selama perkuliahan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.142

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Antara Status Gizi Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar Siswa
iklan2

iklan0
Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional Masa depan dan keungggulan bangsa kita ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya (Departemen Keseahatan RI, 2005)
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan sektor yang sangat strategis. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Sisdiknas, 2003 : 9)
Pendidikan merupakan kewajiban bagi seluruh penduduk Indonesia, terutama penduduk pada usia wajib belajar 9 tahun. Berdasarkan program Wajardikdas (Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun) serendah-rendahnya bagi penduduk Indonesia berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Seiring dengan meningkatnya perkembangan struktur ekonomi masyarakat, informasi, dan aspek ilmu pengetahuan teknologi (IT) maka tingkat pendidikan penduduk Indonesia semakin meningkat, yang ditandai dengan banyaknya siswa pada pendidikan menengah yang meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi.(Hamalik, 2002).
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselengggarakan oleh perguruan tinggi.(pasal 19) (Sisdiknas, 2003). Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (pasal 20) (Sisdiknas, 2003).
Dengan pendidikan, maka manusia menjadi pandai, karena dalam pendidikan mereka belajar dan mempelajari tentang suatu hal yang belum diketahuinya menjadi tahu. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Aktivitas belajar tersebut bersifat kompleks karena merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek, baik yang bersumber dari dalam diri maupun dari luar diri manusia. (Hamalik,2002:21).
Dalam situasi pembelajaran diharapkan remaja dapat membentuk dirinya yang positif karena akan berpengaruh terhadap pemikirannya, perilakunya, serta pendidikan dalam pencapaian prestasi belajar. Untuk melakukan sesuatu, bersikap serta bertindak diperlukan motivasi guna memaksimalkan tujuan individu. Menurut Dirga Gunarsa (1975) yang dikutip Hamalik (2002:21).motivasi adalah dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertindak, dengan kata lain bertingkah laku.
Tumbuhnya motivasi dalam diri seseorang senantiasa dilandasi oleh adanya kesadaran diri berkenaan dengan hakikat dan keberadaan kehidupannya masing-masing. Hal ini berpengaruh terhadap pendidikan yang dilakukan oleh remaja. Sehingga motivasi belajar merupakan salah satu hal yang mendukung dalam pendidikan remaja. Motivasi dan prestasi belajar pada remaja berbeda-beda, ada yang meningkat atau menurun. Dalam kondisi demikian motivasi belajar sangat berperan dan dibutuhkan serta berpengaruh terhadap masa depan selanjutnya dan mengatasi bagaimana agar selalu adanya motivasi belajar di sekolah, selain dari individu juga perlu bimbingan dari berbagai pihak seperti guru, orang tua, teman serta masyarakat (Hamalik,2002).
Upaya mengatasi kesulitan belajar sangat diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam belajar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengenal sedini mungkin jenis kesulitan belajar dan mencari sumber penyebab utama dan penyerta yang menimbulkan kesulitan belajar (Ahmadi dan Widodo S, 2001 : 91).
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Sidiknas, 2003, pasal 19 : 1), perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas (sisdiknas, 2003, pasal 20 : 1).
STIKes .............. berdiri tahun 2005 dengan program studi S1 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Adapun Program Studi D3 Kebidanan dengan jumlah mahasiswa tingkat I sebanyak 180 orang, tingkat II sebanyak 178 orang, dan tingkat III sebanyak 99 orang
Standar penilaian
Dari hasil pengamatan evaluasi belajar mahasiswa Kebidanan Tingkat I STIKes .............., didapatkan bahwa mahasiswa yang mengikuti
dalam tiap mata kuliah cukup banyak (>50%) ini menunjukkan rendahnya prestasi belajar mereka.
Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 27 Januari 2010 dengan penyebaran kuesioner kepada 60 orang diketahui bahwa tingkat motivasi belajar siswa cukup rendah sebesar 35%. Hal ini membuktikan bahwa motivasi belajar salah satunya berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. Tahun Ajaran 2009/2010”

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang merupakan fokus dalam penelitian ini, yaitu bagaimana hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. tahun Ajaran 2009/2010?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara prestasi belajar dengan motivasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. tahun Ajaran 2009/2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuiya gambaran prestasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. tahun Ajaran 2009/2010.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran motivasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. tahun Ajaran 2009/2010.
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan antara prestasi belajar dengan motivasi belajar mahasiswa tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. tahun Ajaran 2009/2010.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi instisusi dalam hal penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar,agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisisen.
1.4.2 Bagi mahasiswa
Dapat menjadi salah satu referensi/literature dalam mengatasi masalah kesulitan belajar
1.4.3 Bagi Peneliti
Mempunyai pengetahuan dan pengalaman baru yang akan didapat selama melakukan penelitian ini

1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup masalah hubungan antara motivasi belajar dengan tingkat prestasi belajar. Subjek penelitian ini secara langsung meneliti mahasiswa Tingkat I Program Studi D III Kebidanan STIKes .............. tahun 2010.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.141

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan
iklan2